Review Buku “Islam Milenaris”

IDENTITAS BUKU

  • Judul : Islam Milenaris
  • Penulis : Ahmad Nur Fuad
  • Penerbit : Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat
  • Tebal : 159 Hal
  • Tahun Terbit: 2002
  • ISBN : 974-3261-02-1

Islam Melinaris Asal-Usul, Doktrin, dan Pemberontakan Gerakan Babisme 1844–1853 

Gerakan babisme pada awalnya merupakan Gerakan perlawanan yang mengarah keagamaan yaitu penyimpangan terhadap ajaran Si’ah namun beralih menjadi pemberontakan politik. Hal ini di sebabkan pendiri Gerakan Babisme Sayyid “Ali Muhammad” yang mendeklarasikan dirinya sebagai imam mahdi dan menyaatakan Al-quran tidak berlaku lagi bagi umat Islam. Gerakan Babisme ini cenderung  menjadi gerakan radikal yang mengancam untuk kekuasaan agama dan tidak mestabilkan politik

Buku ini menceritakan sebuah studi tentang gerakan Babisme dengan memberikan tekanan khusus pada perubahan orientasi dari gerakan yang semula hanya berbeda dalam pandangab atau dokrin keagamaan menjadi gerakan yang melancarkan perlawanan politik menentang pemerintah

Gerakan bababisme memberikan sebuah tekanan khusus terhadap perubahan, Gerakan ini semulanya hanya Gerakan perubahan yang orientasi terhadap keagamaan namun berubah menjadi perlawanan politik yang menentang pemerintahan. Gerakan ini memberikan empat doktrin babisme diantarannya.

Pertama, pernyataan tidak berlakunya hukum al-Qur’an tentang shalat, puasa, perkawinan, perceraian, waris, dan sebagainya; dan bahwa Muhammad merupakan nabi terakhir hanya dalam lingkarannya, yang sudah ditutup dengan diumumkannya misi Bab pada 1260/1844. Kedua, penafsiran simbolik dan spiritual terhadap istilah-istilah eskatologis dalam al-Qur’an, seperti surga, neraka, kematian, kebangkitan, pembalasan, dan sebagainya. Ketiga, pem- bentukan institusi baru, seperti arah kiblat baru (ke arah rumah Bab, menggantikan Ka’bah). Keempat, ramalan Bab mengenai nabi baru di masa mendatang.” Dari aspek-aspek tersebut, masalah-masalah eskatologis merupakan bagian yang paling sulit dipahami, selain doktrin Babisme secara umum ini disebabkan Bab menafsirkan doktrin-doktrin tersebut secara alegoris dan spiritual.

Selama periode antara 1848 dan 1853, setidak-tidaknya terdapat empat pemberontakan yang melibatkan kaum babisme, yaitu pemberontakan di tempat suci saik, tabarsi ditengah hutan Mazandaran (Oktober 1848-Mei 1849) yang pada waktu itu pemimpin Babisme dipimpin oleh Mulla Husain dan Quddus. Pada Mei-Juni 1850 dan Oktober-Desember 1953 terjadi pemberontakan di Nayriz yang saat itu pemimpin Babisme ialah Yahya Vahid Darabi yang memiliki gelar Wahid. Dan pemberontakan di Zanjan (Mei 1850-Januari 1851) dipimpin oleh Mulla Muhammad ‘Ali Zanjani.

Gerakan Babisme bermula pada Gerakan perubahan keagamaan yang didalamnya terdapat doktrin-doktrin yang menyimpang dari ajakan si’ah, namun Gerakan ini beralih menjadi Gerakan yang mengarah ke politik setelah Sayyid “Ali Muhammad” menyatakan dirinya sebagai imam Mahdi yang berdampak terhadap kestabilan kekuasaan keagamaan dan kestabilan politik selain itu juga Gerakan Babisme lebih merepresentasikan sebuah sistem yang saling berkaitan antara agama dan politik. Perlawanan keagamaan oleh Gerakan Babisme membawa implikasi politik, sedangkan pemberontakan politik babisme megandung elemen-elemen keagamaan hal ini menunjukkan bahwa agama dan politik menjadi satu dalam Gerakan Babisme.

Buku ini mengkaji secara ringkas kronologi (diakronis) peristiwa dan beberapa aspek yang relevan (sinkronis) dengan maksud kajian, yaitu untuk menunjukkan adanya motif keagamaan dan tema mesianisme dalam pemberontakan-pemberontakan tersebut. Selain itu, dalam buku ini terdapat footnote yang mencantumkan sumber-sumber secara rinci, juga terdapat Peta yang menjelaskan wilayah pemberontakan gerakan Babisme. Dalam buku ini bahasa yang digunakan terlalu tinggi sehingga terlalu sulit untuk memahami isi buku bagi pembaca awam. Selanjutnya juga terdapat banyak bahasa asing yang tidak dijelaskan maknanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *