Raden Adipati Aria Wiratanuningrat lahir dari keluarga kaya di Sukapura atau yang biasa disebut dengan keluarga menak. Menak adalah bangsawan, biasanya keturunan para pejabat kolonial yang memiliki gelar bangsawan dan kehormatan. Ciri-ciri Menak adalah biasanya mempunyai simbol kekuasaan, pewarisan jabatan, gaya hidup yang penuh tata krama, kekayaan melimpah dan sifat-sifat lainnya. Menak idaman setiap daerah berkaitan dengan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang menak, dalam keluarga Sukapura menak yang ideal adalah anak laki-laki yang memiliki kekuatan, keberanian dan juga bakat. Jika ia memiliki ketiga hal tersebut ia akan dihormati di kalangan bawahannya, konsep menak ideal menjadi tolak ukur dalam pemilihan pemimpin, bahkan seiring berkembangnya pendidikan dan bermunculan kelompok intelektual menak Sukapura sudah memiliki ketiga hal tersebut.
Raden Adipati Aria Wiratanuningrat lahir pada tanggal 19 Februari 1878 di Nagrang, kabupaten Taraju, Ia merupakan putra dari penguasa ke-13 Raden Aria Prawira Adiningrat dan istrinya Raden Ajoe Ratna Poer. Dari pihak ayah, Raden Adipati Aria Wiratanuningrat merupakan seorang cucu. Penguasa ke-12 Raden Adipati Wiradadaha (1875-1901) atau dikenal dengan Dalem Bogor yang tinggal di Karang Pucung. Dalem Bogor diberi gelar adipati dan terkenal karena sifatnya yang bijaksana, sabar dan adil. Beliau wafat pada tahun 1912 dan dimakamkan di Tanjungmalaya Manonjaya. Raden Adipati Aria Wiratanuningrat juga merupakan Cicit sang penguasa, yakni penguasa Wiradadaha VIII atau Raden Tumenggung Danuningrat yang wafat pada tahun 1844 dan dimakamkan di Manonjaya, Tanjungmalaya.
Peranan Raden Adipati Aria Wiratanuningrat dalam Pembangunan Kabupaten Tasikmalaya
Raden Adipati Aria Wiratanuningrat mengawali masa pemerintahannya dengan menjadi Bupati Sukapura. Di bawah manajemen Raden Adipati Aria Wiratanuningrat Kabupaten Sukapura mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pembangunan di segala bidang sangat sukses sehingga mendapat respon positif dari pemerintah kolonial. Oleh karena itu, penguasa ini mendapat banyak penghormatan dari pemerintah kolonial dan dicintai oleh masyarakat Sukapura yang langsung mengalami kemajuan di berbagai bidang di bawah penguasanya. Melalui kiprah nya diketahui bahwa dalam pembangunan Tasikmalaya, Raden Adipati Aria Wiratanuningrat lebih berperan penting dalam kedudukannya sebagai bupati, karena pembangunan pusat kabupaten menjadi tanggung jawab bupati. Raden Adipati Aria Wiratanuningrat mampu memanfaatkan kebijakan pemerintah untuk kepentingan pemerintah kolonial dengan menyampaikan instruksi pemerintah kolonial kepada rakyat, namun Ia juga memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya. Upaya penguasa Raden Adipati Aria Wiratanuningrat untuk memajukan kesejahteraan manusia khususnya di bidang agama, pendidikan, pembangunan fisik, transportasi, ekonomi, dan pertanian.
Salah satu layanan paling terkenal dari Raden Adipati Aria Wiratanuningrat adalah membuka rawa-rawa menjadi persawahan yang disebut ngabukbak Lakbok (pembukaan lahan di Kecamatan Lakbok, sekarang bagian Kabupaten Administratif Kota Banjar). Rawa Lakbok terdiri dari dua bagian yaitu Lakbok Utara dan Lakbok Selatan, Lakbok Utara luasnya sekitar 5.931 ha dan Lakbok Selatan luasnya 600 ha. Hingga tahun (1923), dataran bagian atas masih berupa rawa-rawa yang dipenuhi tanaman dan semak belukar dengan udara yang tidak sehat. Tujuan dari reklamasi lahan ini adalah untuk menghasilkan lahan yang awalnya tidak produktif sehingga menjadi penghasil padi yang potensial.
Sepuluh tahun kemudian, rawa yang tadinya hutan lebat dan tidak pernah dimasuki manusia, menjadi lahan pertanian dan bermunculan desa-desa di sekitar Lakbok Rawa. Desa-desa tersebut tergolong besar, antara lain Pataruman, Ciawitali, dan Sindangang. Sementara itu, kemajuan di sektor pertanian sangat signifikan. Raden Adipati Aria Wiratanuningrat berhasil membangun masyarakatnya ke arah yang lebih sejahtera sesuai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Artinya, ia mempunyai kemampuan kepemimpinan dan manajemen baik sebagai pemimpin daerah maupun pemimpin adat.
Gaya Kepemimpinan Raden Adipati Aria Wiratanuningrat
Di bawah kepemimpinan penguasa Raden Adipati Aria Wiratanuningrat, falsafah manajemen dan kehidupan masyarakat Sunda mempunyai ciri dan corak tersendiri, sehingga menyimpang dari prinsip-prinsip hidup atau falsafah hidup dan manajemen dalam politiknya. Apa yang Ia suka meskipun kehidupannya masih sangat tradisional dan masih feodal, namun pemerintahan negara Raden Adipati Aria Wiratanuningrat tidak dilaksanakan dengan cara kekerasan atau paksaan, melainkan dilandasi oleh nilai-nilai budaya dan juga nilai-nilai agama yang menjadi landasan tata kelola pemerintahan yang baik. Kepemimpinan Raden Adipati Aria Wiratanuningrat mengawali babak sejarah baru. Kebijakan Belanda yang berpindah ke arah yang berbeda menyebabkan perubahan penting dalam masyarakat, munculnya identitas dan kesadaran organisasi, termasuk juga kepemimpinan para manajer.
Peralihan menuju era nasionalisme pada awal abad ke-20 melahirkan kepemimpinan baru Indonesia. Feodalisme mulai surut di kalangan tokoh masyarakat dan mulai terbentuknya masyarakat intelektual modern. Kepemimpinan para penguasa juga di Tasikmalaya mengalami perubahan yang signifikan setelah tahun 1920, tentu saja disusul dengan peran aktif penguasa Raden Adipati Aria Wiratanuningrat. Perubahan yang terjadi tentunya akan mempengaruhi kepemimpinan penguasa Raden Adipati Aria Wiratanuningrat, Ia dapat menjadi penguasa yang mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada dan pemimpin yang mendorong masyarakat untuk ikut serta dalam perubahan tersebut. Raden Adipati Aria Wiratanuningrat mampu mempertahankan kekuasaannya selama kurang lebih 30 tahun dan berhasil mendapat penghargaan dari pemerintah kolonial atas keberhasilannya pada masa pemerintahannya. Konsep pengelolaan Sunda yang digunakan penguasa Raden Adipati Aria Wiratanuningrat sejalan dengan gaya pemerintahan feodal yang demokratis. Gaya kepemimpinan bupati Raden Adipati Aria Wiratanuningrat yang feodal-demokratis cocok dengan konsep kepemimpinan Sunda atau parigeuing, karena di dalamnya memuat ciri-ciri dan perilaku seorang pemimpin dalam memimpin. Akhirnya dengan menggunakan gaya kepemimpinan tersebut Raden Adipati Aria Wiratanuningrat dapat menjadi pemimpin yang sukses membawa masyarakatnya menuju kepada kesejahteraan.